Sekumpulan Oase dalam Diriku

Dion Dexon
3 min readJun 18, 2023

“Times are hard when things have got no meaning.” — Oasis

Foto oleh Robin Wersich di Unsplash

I.

Jika hari ini aku harus mendefinisikan diriku, aku mungkin hanyalah seseorang yang dihajar habis oleh kenangan pada hari libur. Kenangan, kata orang, memberi hangat dalam dirimu; membakar seluruh daun kering, mencairkan es, dan menjadi cahaya untuk hatimu yang tak teratur, beku, atau gelap.

Tak ada yang berkata: kenangan juga bisa mempermainkanmu, tepat ketika kamu kehabisan hal untuk dilakukan; tepat ketika kamu sibuk menimbang mana yang harus lebih dulu dilakukan — sebab semua terasa tak penting dalam kadar yang sama.

II.

“All we seem to know is how to show the feelings that are wrong.” — Oasis

Orang-orang masih bergerak dengan pisau di lidah mereka. Mereka pikir: yang berhak merasa hanya mereka dan yang harusnya terluka bukan mereka. Mereka kemudian mengubah kecewa, ketakutan, dan ketidaktenangan mereka menjadi kata-kata dan menancapkannya di hati dan pikiran orang lain.

Pertanyaannya: berapa lama kata-kata menyakitkan itu tinggal dalam diri orang lain? Mereka yang menancapkannya tidak akan pernah peduli. Yang mereka pedulikan hanya: hari ini mereka masih bisa tertawa saat orang-orang di sekitarnya tidak bahagia — karena ulahnya.

III.

Kemudian aku menyadari: dalam beberapa situasi, aku harus membiarkan telingaku bekerja sendiri — tanpa bantuan hati.

IV.

Berapa besar kemungkinan seseorang bisa mengulang momen yang sama — dengan hati, cinta, dan perhatian yang juga sama? Berapa besar kemungkinan seseorang mengingat masa lalunya dan menyajikannya kembali di masa kini?

Berapa besar kemungkinan seseorang dapat menerima perubahan dalam dirinya — dan menerima bahwa momen yang sama tidak akan pernah hadir sebab waktu, kondisi, dan cinta dalam dirinya sudah berbeda?

V.

Kini aku menyadari: segala yang terjadi hari ini hanya akan terjadi hari ini. Esok memiliki kejadiannya sendiri. Esok menyajikan momennya sendiri.

VI.

Akhir-akhir ini, aku mendengarkan banyak orang bicara soal masa depan yang menyenangkan, tetapi tidak ada satu pun gambaran masa depan mereka yang terasa penting untuk kujadikan sasaran.

Berbagai kekayaan yang dapat dipamerkan, pesta panjang setiap malam, minuman-minuman dengan merk asing; semua itu tidak pernah menggerakkan aku.

Fakta yang sulit diterima oleh kebanyakan orang — bahkan oleh diriku sendiri: aku berbeda.

V.

Jika aku harus membayangkan masa depan yang sempurna, aku hanya bisa membayangkan: aku hidup dikelilingi orang-orang yang benar-benar terhubung denganku secara emosional; orang-orang yang peduli; orang-orang yang mau mengusahakan hal baik setiap hari; orang-orang yang tidak menuntut cara kerja pikiran dan hati; orang-orang yang lelah mengeluh; orang-orang yang mau berbagi dan menghargai.

Sebab, aku tahu: ketika hatiku tenang, aku sudah menang — dan semuanya tidak akan terasa kurang.

VI.

Tapi, siapa yang tahu soal segala yang baik dan buruk itu? Bisa saja semua yang kutulis di atas akan kubantah sendiri suatu hari nanti. Manusia mudah berubah — dan aku masih manusia. Suatu hari, bisa saja seluruh oase dalam kepalaku berubah menjadi padang pasir; tidak lagi menarik untuk dibayangkan, dirawat, atau ditempati.

VII.

Selama ini, orang-orang berubah dan aku hanya menyesuaikan. Siapa tahu, suatu hari nanti aku yang harus berubah — tanpa peduli orang-orang akan menyesuaikanku atau tidak. Mungkin.

[ Dionisius Dexon ]

--

--

Dion Dexon

Dionisius 'Dion' Dexon. Aku menulis agar kepalaku tidak meledak — IG/X: @diondexon