Malam Ini, dengan Siapa Aku Bicara?

Dion Dexon
2 min readDec 9, 2023

— ternyata, selama ini aku memberikan hal-hal yang sebenarnya ingin aku dapatkan dari orang lain.

Foto oleh Kym MacKinnon di Unsplash

Halo, sudah pukul berapa ini? Apakah sudah ada tanda-tanda tenang akan datang? Aku harus tidur.

Kekecewaan dan deadline pekerjaan bukanlah kombinasi yang menarik. Keduanya tidak bisa disatukan, meski dalam waktu bersamaan, keduanya terlihat kompak dan satu visi: menggerogoti hati dan pikiranmu; menjauhkan istirahatmu dari cukup; menjadikanmu lemah dan tua sebelum waktunya.

Waktu kecil, aku sempat berpikir: segala yang kuinginkan akan datang lewat pintu depan. Begitu pula dengan ketenangan. Pukul berapa tenang datang? Aku sengaja membiarkan pintunya terbuka.

Halo, Dunia. Maaf, aku merasa tidak enak menyampaikan ini. Tapi, akhir-akhir ini, putaranmu … babi. Jika berkenan, bisakah melambat sedikit?

Aku perlu lebih banyak waktu untuk diriku sendiri. Aku benar-benar butuh waktu untuk menatap diriku di cermin, melihat sudah sejauh mana aku tumbuh — atau berubah. Setelahnya, aku butuh waktu lain untuk dua hal: bersyukur dan memperbaiki diri. Lupakan hal lain seperti makan dan tidur.

Setiap manusia punya lubang tak terlihat dalam hatinya, pikirannya, dirinya. Yang membedakan adalah: ada yang berusaha menutup lubang itu, ada yang tidak. Mereka yang tidak menutup lubangnya, akan menyakiti orang lain (jatuh ke dalam lubang itu sakit, kan?). Tapi, pertanyaannya, jika dunia ini berputar begitu cepat, bagaimana orang-orang bisa punya waktu untuk melihat dan menutup lubang itu?

Dunia, kau terlalu ambisius. Hal itu membuatmu jadi tidak bijak. Orang-orang butuh istirahat. Butuh kesempatan untuk mengurus hal lain. Hidup ini bukan cuma untukmu, Dunia. Kami juga harus mengurus kehidupan kami sendiri, bersiap untuk nanti.

Apa salahnya melambat sedikit? Satu rahasia penting: meski memenangkan sesuatu terasa membahagiakan, manusia membenci kompetisi. Kami tidak suka berada di jalur pacu dan berlari setiap waktu. Kami juga ingin duduk sore di beranda, berbasa-basi dengan tetangga atau keluarga soal hal-hal receh, seperti: nanti waktu pemilu pilih siapa, ya? atau sekadar menatap orang tersayang dan bilang: kamu lucu, deh, kalau gak ngomel.

Dunia, segala hal yang terlihat remeh, sebenarnya adalah hal-hal yang membuat kami merasa hidup.

Tak banyak yang ingin kulakukan saat ini. Hanya ingin duduk di taman dan makan waffle. Mungkin dengan madu atau gula bubuk di atasnya. Selalu ada hal yang lebih penting dari berlari. Ada banyak hal yang terasa jauh lebih menyenangkan daripada mencapai sesuatu atau mengalahkan orang lain.

Sekolah hanya mengajarkan kami berkompetisi. Kami yang mengajari diri kami sendiri soal menerima.

Dunia, aku lelah dengan obrolan ini. Dari tadi, aku hanya bicara sendiri. Mengapa kau hanya diam? Orang bodoh saja banyak bicara. Kalau begitu, baiklah, aku undur diri. Tapi, sebelumnya, bisakah kau redupkan cahaya bulan sejenak? Malam ini, aku tak ingin tangisku terlihat.

Aku baru ingat. Saat tenang tak kunjung datang, tangis yang diam-diam selalu dapat menggantikannya.

[ Dionisius Dexon ]

--

--

Dion Dexon

Dionisius 'Dion' Dexon. Aku menulis agar kepalaku tidak meledak — IG/X: @diondexon