Dua Belas Hal yang Kutulis di Tepi Danau Sambil Memikirkanmu

Dion Dexon
3 min readAug 18, 2022

— untuk CMHP dan satu mingguku yang surreal.

Foto oleh Anil Sharma di Unsplash

I.

Di dalam diriku, terdapat banyak ruang — yang tak semuanya memiliki pintu. Selama bertahun-tahun, aku membiarkan siapa pun masuk ke ruang-ruang itu. Aku membiarkan mereka tinggal, beristirahat, mengisi, mengacak-acak, dan membakar segala; meninggalkan trauma atau ketakutan lain dalam diriku. Hingga pada suatu waktu, aku lelah dan berantakan. Ruang-ruang itu kemudian kututup; kuberi pintu dan kukunci.

II.

Suatu hari, pada pukul 12 yang tenang di Timur Jakarta, ditemani nasi goreng dan i fu mie, aku berhadapan denganmu. Saat menyimak ceritamu, melihat senyummu, dan menyaksikan tawamu (aku suka tawamu, sungguh), aku merasa: kupu-kupu beterbangan dalam tubuhku — ribuan kupu-kupu; di lambung, di paru-paru, di hati, di kepala, di segala ruang.

III.

Ruang-ruang dalam pikiranku tentu masih tertutup dan terkunci. Bedanya, ada satu orang yang kini memiliki kuncinya; kamu. Kapan saja, kamu bisa mengunjungi ruang-ruang itu dan mencari tahu soal aku (tanyakan apa saja kepadaku dan aku akan menghadiahimu kejujuran).

IV.

Jauh di dalam diriku, aku tahu: kamu akan menjaga seluruh ruang yang kumiliki, merawat ingatan dan kasih sayang dalam diri, dan menanam lebih banyak pohon syukur — yang kelak akan kupetik buahnya dengan tenang hati.

V.

Ingin tahu satu hal lucu? Ternyata, hanya butuh satu kali makan siang dan satu kali menonton film horor untuk membuat cinta dalam diriku jatuh — padamu.

Catatan: aku senang kamu menangkapnya.

VI.

Berapa banyak senyum yang ingin kuberikan kepada dunia ketika kamu menggenggam tanganku? Ratusan. Berapa banyak aku mengucap, “Terima kasih, Tuhan” ketika kita menghabiskan waktu di hari Minggu? Entah. Aku tidak benar-benar menghitungnya. Tetapi, aku tahu: aku mengucapnya banyak sekali, dalam hatiku.

VII.

Ada ratusan hal di luar sana yang belum dan tidak mampu kupahami — dan aku sadar bahwa aku tidak perlu memahami semua itu. Dalam kehidupan ini, aku hanya perlu memahami beberapa hal. Ya, hanya beberapa, yang penting-penting saja — dan kamu termasuk di dalamnya.

VIII.

Mungkin benar kata Billie Joe Armstrong, ketika kita mencintai seseorang dengan amat sangat, mengatakan ‘I love you’ pun terasa kurang. Sebab perasaan sudah lebih dari itu; lebih dari kata-kata; lebih dari majas dan rima dan apa pun yang serupa dengannya. Tapi, aku tak akan berhenti mengucap sayang kepadamu, sebagaimana aku tak berhenti menyebut namamu dalam doa-doa menjelang tidur yang selalu jauh lebih jujur. Jika ‘aku mencintaimu’ terasa kurang, aku akan mencari kalimat lain, frasa lain, atau mencukupkan segalanya dan beralih ke beberapa hal yang juga cinta, seperti: memelukmu, menjagamu, dan menjauh dari segala keramaian yang ada di luar sana untuk menghabiskan satu hari penuh senyum denganmu.

IX.

Saat ini, untukmu, isi hatiku cukup sederhana. Ada di lagu When It’s Time milik Green Day — khususnya pada menit 0:51 hingga 1:17.

X.

Aku mungkin melakukan banyak hal yang sulit dipahami dalam hidupku, tetapi, aku selalu tahu apa yang kuinginkan dan apa yang tidak kuinginkan. Saat ini, apa yang kuinginkan adalah bersamamu dan membahagiakanmu, dan apa yang tidak kuinginkan adalah membuatmu sedih dan terpisah darimu.

XI.

Sungguh, ada tujuh miliar manusia di Bumi, tetapi, untuk mengubah dan menghabiskan sisa hidupku, aku hanya butuh satu. Jika kamu ingin tahu siapa satu orang itu, bercerminlah. Kamu akan menemukan ketenangan pada mata dan senyum orang itu — sebab aku begitu.

XII.

Aku menyimpan banyak amin pada kalimat setelah ini.

Aku harap kita kekal.

[ Dionisius Dexon ]

--

--

Dion Dexon

Dionisius 'Dion' Dexon. Aku menulis agar kepalaku tidak meledak — IG/X: @diondexon